Kayak Batik, Hidup Butuh Proses: Filosofi Self Care ala Rizki Triana
Kalau kamu pernah lihat koleksi Oemah Etnik, kamu pasti langsung tahu kalau tiap helai kainnya punya cerita. Di balik pola dan warna yang menenangkan, ada filosofi hidup yang begitu dalam — sama seperti sosok di balik brand itu sendiri, Rizki Triana.
Sebagai Founder dan CEO Oemah Etnik, Rizki nggak cuma menciptakan busana, tapi juga menghadirkan rasa. Ia percaya bahwa wastra Nusantara bukan sekadar kain tradisional, tapi warisan yang hidup — tentang proses, waktu, dan perjalanan menjadi diri sendiri.
“Motif batik itu dari kita lahir sampai kita meninggal itu ada ceritanya,” kata Rizki. “Ada motif yang nge-represent prosesnya.” Dan memang, hidupnya pun berjalan seperti motif batik: penuh detail, kadang rumit, tapi selalu indah kalau dilihat dari jauh.
Belajar dari Waktu: Filosofi yang Membentuk Rizki Triana
Buat Rizki, waktu bukan musuh. Ia justru teman baik yang selalu memberi ruang untuk tumbuh.
“Menurut aku waktu sangat baik sih,” ujarnya. “Hari esok bakal lebih baik dari hari ini, kalau kita lalui.”
Kalimat sederhana ini punya makna besar. Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, Rizki memilih untuk melambat — untuk living in the moment. Ia percaya bahwa kita nggak harus selalu mengejar kesempurnaan; cukup berjalan satu langkah demi satu langkah, dan biarkan waktu bekerja bersama kita.
“Aku melihat waktu sebagai medium buat aku untuk berbuat lebih baik,” tambahnya. “One step at a time.”
Dan di situlah keindahannya: Rizki menemukan makna awet muda bukan dari kulit tanpa garis halus, tapi dari hati yang tetap lembut, penuh harapan, dan selalu bersyukur.
Karena menurutnya, menua itu bukan kehilangan cahaya, justru menemukan versi baru dari diri yang lebih matang dan bijaksana.
Ketika Skincare dan Wastra Bertemu dalam Filosofi yang Sama
Menariknya, filosofi Rizki ini sangat nyambung dengan pesan Duvaderm, brand molecular skincare asal Indonesia yang sedang merayakan ulang tahun ke-6 lewat kampanye SIXperience. Dalam perayaan ini, Duvaderm menghadirkan enam figur inspiratif, dan Rizki Triana adalah salah satunya.
Duvaderm melihat kecantikan dengan cara yang sama seperti Rizki memandang wastra — bukan tentang menutupi, tapi menghargai proses alami yang membentuk kita.
Kalau wastra Nusantara punya makna dalam setiap motifnya, skincare juga punya “cerita ilmiah” di balik setiap molekulnya. Produk seperti Ageless Peptide Serum, misalnya, dirancang dengan teknologi peptides dan molecular skincare canggih untuk membantu regenerasi kulit, menyamarkan kerutan wajah, dan memperlambat tanda-tanda penuaan dini.
Tapi Duvaderm nggak berhenti di situ. Filosofi mereka bukan cuma tentang kulit yang tampak muda, tapi tentang perasaan “cukup” dan “berharga”. Seperti Rizki, Duvaderm percaya bahwa self care adalah bentuk penghargaan, bukan pelarian dari ketidaksempurnaan.
“Botox in a Bottle”? Nggak Sekadar Janji Kecantikan
Salah satu alasan kenapa Ageless Peptide Serum disebut banyak orang sebagai “botox in a bottle” adalah karena efeknya yang nyata tapi tetap alami. Dengan kombinasi peptides, bahan aktif ini membantu kulit tetap kencang tanpa kehilangan kelembutannya.
Namun, buat Rizki (dan Duvaderm), hasil bukan segalanya. Yang lebih penting adalah rasa tenang saat kita meluangkan waktu untuk diri sendiri, entah itu membersihkan wajah setelah hari panjang, atau mengoleskan serum dengan lembut sebelum tidur.
Dalam momen kecil itu, kita sedang berbicara pada diri sendiri:
“Aku layak merasa baik. Aku cukup. Aku berharga.”
Itulah bentuk self care yang paling tulus, bukan sekadar mengejar kulit flawless, tapi menemukan kedamaian dalam setiap proses perawatan. Karena, seperti membatik, setiap langkah kecil menghasilkan keindahan kalau dilakukan dengan cinta dan kesabaran.

Inspirasi Wanita: Merayakan Diri, Bukan Menyembunyikan Usia
Kalau banyak orang menganggap awet muda berarti “tampak seperti umur 20-an”, Rizki punya perspektif berbeda. Buatnya, awet muda adalah tentang semangat, tentang cara kita tetap terbuka pada hal-hal baru, tetap bersyukur pada hal kecil, dan tetap percaya bahwa waktu selalu berpihak.
Filosofi ini terasa sejalan dengan kampanye Sixperience dari Duvaderm. Kampanye ini mengajak setiap perempuan untuk merayakan waktu, bukan takut padanya. Untuk memahami bahwa tanda-tanda penuaan dini bukan musuh, tapi pengingat bahwa kita pernah tertawa, mencinta, dan berjuang.
Dengan kata lain: setiap garis halus punya ceritanya sendiri, sama seperti tiap helai kain batik yang punya makna di setiap polanya. Dan justru dari situ, muncul keindahan yang paling manusiawi.
Dari Wastra ke Skincare: Dua Dunia, Satu Jiwa
Baik Oemah Etnik maupun Duvaderm sama-sama mengajarkan bahwa keindahan lahir dari kesabaran dan ketulusan. Kalau batik butuh waktu untuk ditulis, dikeringkan, dan diwarnai berlapis-lapis, kulit juga butuh waktu untuk pulih, beradaptasi, dan beregenerasi.
Nggak ada hasil instan, tapi selalu ada perubahan kecil yang berarti. Setiap tetes Ageless Peptide Serum bekerja seperti proses membatik, perlahan, tapi menghasilkan keindahan yang bertahan lama.
Dan itulah mengapa filosofi Rizki begitu selaras dengan timeless beauty yang diusung Duvaderm. Keduanya mengajarkan hal yang sama: bahwa keindahan sejati tumbuh bersama waktu, bukan melawannya.
Waktu Selalu Berpihak
Buat Rizki, hidup adalah karya yang terus ditulis. Kadang warnanya cerah, kadang pudar, tapi selalu punya cerita. Dan seperti yang ia bilang, “Hari esok bakal lebih baik dari hari ini, kalau kita lalui.”
Pesan itu juga jadi napas bagi Duvaderm, bahwa waktu bukan musuh, melainkan bagian dari perjalanan menuju keindahan sejati. Dengan serum wajah terbaik yang membantu regenerasi kulit dan mengurangi kerutan wajah, Duvaderm ingin setiap perempuan merasa berdaya di setiap usia.
Karena pada akhirnya, timeless beauty bukan soal menolak waktu, tapi berdamai dengannya.
Seperti wastra Nusantara yang makin indah seiring usia, kulit dan hati kita pun bisa tetap bersinar, kalau dirawat dengan cinta, kesabaran, dan penghargaan.
Menjadi Cantik dengan Cara Kita Sendiri
Dalam dunia yang sering menuntut kesempurnaan, Rizki Triana dan Duvaderm datang membawa pesan yang membumi: Kecantikan sejati lahir dari keaslian, dari cara kita merawat diri tanpa kehilangan jati diri.
Baik melalui wastra Nusantara maupun molecular skincare, dua dunia ini berbicara dalam bahasa yang sama, tentang waktu, makna, dan cinta. Dan seperti setiap motif batik yang punya cerita, kulit kita pun punya kisahnya sendiri.
Jadi, kalau hari ini kamu merasa waktu berjalan terlalu cepat, ingatlah: mungkin waktu sedang mengajarkanmu untuk melambat, merawat diri, dan menghargai proses. Karena keindahan bukan sesuatu yang dikejar. Ia tumbuh, perlahan, tapi pasti.